Kamis, 14 Januari 2010

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

PENDAHULUAN
Penguasaan dan pemanfaatan TIK memang tidak akan menyelesaikan seluruh persoalan yang ada pada masyarakat. Namun, mengabaikannya sama dengan mengabaikan aspek penting bangunan peradaban. Hal ini karena bangunan peradaban memang setidaknya terdiri dari dua aspek yaitu fisik dan non-fisik.
Information Literacy adalah kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam beraneka ragam format seperti buku, koran, video, CD,-ROM atau Web. Sementara Digital Literacy adalah kemampuan untuk mengerti dan menggunakan informasi dari berbagai sumber yang dipresentasikan melalui peralatan berbasis digital. Central European University menggambarkannya sebagai sebuah kemampuan dalam mengerti bagaimana informasi dibuat dan dikomunikasikan dalam beraneka ragam format melalui sebuah kerangka proses pengumpulan, pengorganisasian, pemilahan, penggambaran, dan penggunaan informasi dengan menggunakan berbagai perlatan teknologi digital. Internet Literacy atau kerap diringkas menjadi i-literacy didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan pengetahuan teori dan praktek terkait dengan internet sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi .
ICT Literacy adalah kombinasi antara kemampuan intelektual, konsep mendasar dan keahlian terkini yang mengharuskan seseorang untuk memilii kemampuan dalammenggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi teknologi informasi yaitu: Infrastruktur, Sumber Daya Manusia, Kebijakan, Finansial, Konten dan Aplikasi. Agar teknologi informasi dapat berkembang dengan pesat, pertama dibutuhkan infrastruktur yang memungkinkan akses informasi di manapun dengan kecepatan yang mencukupi. Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi. Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak pada pengembangan teknologi informasi jangka panjang. Keempat, faktor finansial membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk menyampaikan konten tersebut dengan nyaman pada penggunanya.
Ada beberapa unsur yang menjadikan tekhnologi komunikasi dan informasi patut dipertimbangkan pemanfaatannya yaitu 1) kapabilitas yang dimiliki oleh teknologi; 2) penggunaan teknologi adalah cara yang paling cepat untuk melakukan konstruksi, sistematisasi, dan integrasi dari sebuah disparitas antar subsistem; 3) ICT memungkinkan penggabungan kekuatan human ware, software, dan hardware sehingga rekayasa bagi terciptanya suatu sistem yang terbaik dapat disimulasikan, diprediksi, dan dikendalikan; 4) bila tidak ada kebijakan atau intervensi tertentu, hasil dari output teknologi umumnya bersifat transparan dan memberikan akses setara bagi seluruh pengguna; 5) pemanfaatan teknologi berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi yang memiliki keterkaitan langsung dengan produktivitas; 6) bila ditunjang dengan infrastruktur dan ICT literacy yang mapan, pemanfaatan ICT bersifat borderless sehingga arus informasi lebih cepat mengalir dbandingkan dengan pendekatan konvensional; 7) transaksi dengan memanfaatkan ICT dapat secara implisit menekan interaksi-interaksi yang memungkinkan terjadinya korupsi atau suap; ICT memberikan sebuah ruang impersonal dan standar yang dapat mereduksi distorsi kepentingan dalam sebuah sistem layanan publik dan relatif tidak rentan terhadap perubahan dan regenerasi personalia yang secara langsung akan berpengaruh pada akuntabilitas sistem tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Perpustakaan masa depan diharapkan bukan saja dapat mengubah dirinya dari yang bersifat tradisional menjadi modern, yang kecil menjadi besar, atau yang sepi pengunjung menjadi ramai. Tetapi lebih dari pada itu, yaitu perpustakaan yang mampu menjadikan organisasinya menyediakan dan melayankan berbagai sumber informasi secara tepat guna dan tepat sasaran, menciptkan kondisi masyarakat menyadari, memahami dan mewujudkan suatu kehidupan yang terdidik baik dan terinformasi baik (well educated and well informed), sehingga mereka mampu melakukan perubahan, baik pada dirinya maupun orang lain dalam pola pikir (mind set), berbicara, berperilaku, atau bertidak, karena telah didasari oleh wawasan, kemampuan, pengalaman, dan ketrampilan (Supriyanto, 2006 : 266).
Hadirnya perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, harus bisa dipahami dan dimanfaatkan secara positif, kreatif dan konstruktif oleh para pustakawan. Siregar (2004 : 37), berhadapan dengan fenomena perubahan yang terjadi, pustakawan harus memiliki kemampuan melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya berubah dan apa yang tetap sama. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.
Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak akan mengganggu berbagai kegiatan dan operasi di perpustakaan, baik dari segi manajemen koleksi, maupun kunjungan pengguna. Siregar (2004 : 1), selama bertahun-tahun pustakawan telah mengembangkan pengetahuan dan metodologi dalam manajemen koleksi, yang sebenarnya tidak terbuang dengan sia-sia ketika berurusan dengan kombinasi informasi tercetak dan digital. Walaupun mahasiswa dan dosen sedang bertransformasi ke dunia digital dengan akses yang cepat dengan sumber-sumber pengetahuan dari komputer pribadi mereka, tetapi mereka masih tetap mengunjungi perpustakaan. Mengapa? Karena perpustakaan selalu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan komunikasi personal dengan pustakawan masih merupakan cara terbaik.
Pengorganisasian (pengolahan) koleksi adalah semua kegiatan untuk mengelola/mengolah bahan pustaka yang telah ada, yang meliputi kegiatan verifikasi data bibliografis, katalogisasi, klasifikasi, penentuan kata kunci, penentuan tajuk subyek, pengalihan data bibliografis, mengelola data entri bibliografis (penjajaran kartu/filing), membuat anotasi, sari karangan/abstrak, menyusun daftar tambahan koleksi, bibliografi, indeks dan sejenisnya, serta melakukan penyuntingan bibliografis. Selain itu, kegiatan pengolahan juga meliputi inventarisasi, pemberian stempel dan dan pemberian kelengkapan lainnya melalui proses finishing. Kegiatan pengorganisasian (pengolahan) koleksi yang memanfaatkan TIK, misalnya dapat diakomodasi pada Modul Pengolahan, yang merupakan bagian dari Sistem Otomasi Perpustakaan Terpadu (Integrated Library System) yang dibangun untuk menyatukan semua fungsi (pengadaan, pengolahan dan pelayanan), dimana semua modul dapat saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai bagian dari suatu sistem otomasi, modul pengolahan dapat dikatakan sebagai dapur atau kokinya yang memberikan isi (content) perpustakaan.
Berfungsinya dengan baik kegiatan pengolahan yang merupakan pelayanan teknis sebagai dapur perpustakaan, pada akhirnya akan menyajikan pelayanan pengguna yang berkualitas baik. Kelancaran sirkulasi bahan pustaka dan kemudahan mendapatkan informasi yang diinginkan, banyak tergantung pada kegiatan pengadaan bahan pustaka dan kegiatan pengolahan di bagian teknis ini.
Apakah otomasi perpustakaan? Otomasi perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan rutin dan operasi sistem kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping) yang mencakup pengadaan, pengatalogan, termasuk penyedian katalog on-line (OPAC), pengawasan sirkulasi dan serial. Dengan kata lain, perpustakaan terotomasi adalah suatu perpustakaan yang menggunakan sistem terotomasi untuk penanganan sebagian atau seluruh kegiatan rutinnya. Pada modul pengolahan dilakukan kegiatan-kegiatan :
input terhadap koleksi yang baru diperoleh, baik melalui pembelian, tukar menukar, produksi internal, maupun hadiah atau hibah.
penambahan eksemplar atas judul-judul yang pernah ada.
penyuntingan atau koreksi-koreksi yang diperlukan terhadap sebuah rekor atau cantuman.
penghapusan atas rekor atau cantuman yang tidak diperlukan lagi, seperti karena buku telah hilang, rusak, di-weeding, atau oleh sebab lainnya.
ustakawan bisa melakukan publikasi elektronik, yaitu kegiatan untuk memublikasikan berbagai informasi tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan memelihara sendiri suatu situs WEB. Penerbitan Web bertujuan untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur, pamflet, panduan perpustakaan, daftar tambahan pustaka, katalog dalam berbagai jenis, dan kegiatan publikasi lainnya. Akan tetapi, publikasi yang lebih banyak manfaatnya bagi para pengguna adalah yang menyangkut konten utama perpustakaan, termasuk juga koleksi-koleksi dari terbitan internal yang tergolong gray literature sebagaimana dijelaskan di atas, yang terhadapnhya juga perlu dilakukan proses digitalisasi.

SIMPULAN
Untuk itu ada tiga kata kunci yang harus setidaknya dapat kita cermati manakala Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi intrumen utama dalam lembaga dan masyarakat pada umumnya:
Pertama, kebijakan di bidang teknologi informasi yang mendukung pertumbuhan dan pemanfaatan teknologi informasi secara maksimal. Untuk itu diperlukan visi dan politicl will dari seorang pemimpin. Sehingga masyarakat dapat memasuki era Informasi secara proporsional dan menikmati hasilnya.Untuk itu diperlukan kebijakan yang dapat mendorong proses penyerapan TIK yang murah agar tidak terjadi kesenjangan informasi yang diakibatkan oleh adanya “the have” dan “not have” dalam mengakses informasi. Hal yang mempenmgaruhi kesenjangan informasi dan digital juga terkait dengan masalah tarif, dan harga peralatan TIK. Didi yang lain, Industri kontent juga harus didorong agar tidak tercipta a-symentric information dimana masyakat akhirnya hanya bisa menikmati “sampah” TIK berupa pornografi, have fun, namun menjadikan internet menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknology.
Kedua, infrastruktur yang memadai. Dalam bidang teknologi informasi, infrastruktur yang terus dikembangkan adalah fiber optik, kabel, dan satelit untuk menjangkau khalayak (coverage) dan untuk kualitas komunikasi dan informasi (speed dan bandwith). Dalam pameran ICT di singapore 2009 (CommunicAsia 2009), ada tida perkembangan terbaru dunia ICT yaitu : Convergence, Speed, dan Bandwith sebagai paradigma baru ICT saat ini. Dengan tiga perkembangan paradigma baru tersebut orang dapat berkomunikasi dalam satu platform yang memungkinkan data,gambar dan suara berlangsung dengan cepat dan berkualitas tinggi.
Ketiga adalah program, aplikasi dan software yang menjadi tulang punggung dalam operasional TI. Dengan aplikasi dan software dapat memudahkan kita bekerja dan berkreasi. Misalnya mobile office membuat org bisa bekerja dimana saja tanpa batas waktu dan jarak; e-education , membuat orang bisa melakukan proses pendidikan jarak jauh berbasis web dan bisa mengakses sumber informasi ttg ilmu pengetahuan di perpustakaan dan universitas mana saja di dunia ini yg sudah ol-line. e-commerce, membuat transaksi ekonomi menjadi lebih fair dan menguntungkan dimana penjual dan pembeli , petani dan pembeli dapat langsung melakukan transaksi. e-government, membuat pelayanan pemerintahan dan pelayanan publik menjadi lebih cepat dan transaparan serta akuntabel. e-healt sejauh ini teknologinya sudah sampai pada tahap pemeriksanaan kesehatan jarak jauh, dimana dokter dan pasien tidak lagi harus selalau bertatap muka. Dakwah digital pun sedang menjadi trend saat ini, teknologi streaming berbasis internet manakala didukung oleh bandwith yg lebar (pita frekuensi lebar) seorang ustad/ustdzah dapat melakukan dakwahnya, apalagi saat ini sudah ada al-qur’an digital, al-quran on line.